Sunday, October 16, 2005

Menanggapi komentarnya Taminara.
Pertama yang diutamakan adalah memberikan suatu kesibukkan bagi para pensiunan. Tentunya tidak dengan bekerja kasar, mencangkul, menanam dsbnya. Para pensiunan ini, diberikan tugas untuk mengolah kolam (balong) lauk emas.
Bibit ikan akan diberikan dengan gratis. Tugas utama yaitu mengasih makan ikan, dan jangan sampai ada cucu/cicit nu balangor, nguseup teu beja-beja atau balong dibedahkeun ku batur. Dan untuk mengecheck besar kecilnya ikan yang dipelihara, biarlah mereka seharian memancing ikan. Kalau sudah terpancing, diukur terus dikembalikan ke balong. Ngarana ge pangsiunan, euweuh gawe tea.
Para pensiunan memeilhara balong masing-masing. Ikannya diambil sebulan sekali secara berkeliling. Ikannya dijual ke baraya atau kepihak luar. Hasil pemasukkan untuk biaya mengurus ikan serta membeli makanan ikan dan membayar pembantu ngurus balong..
Kalaupun bercocok tananm yang enteng-enteng saja, seperti cabe, bawang daun , celery dsbnya.
Secara kasarnya, mendirikan kampung pensiunan hanya bagi anggota keluarga, didaerah jauh dari kota. Sewaktu-waktu anak cucu datang untuk berekreasi serta menemui Kakek/ortu. Kalau mangasih uang jajan, pulangnya dibawain hasil tanaman.
Jadi lebih condong seperti Tammy katakan, ke koperasi. Penjualan ikan dan hasil tanaman melalui Yayasan. Dibayar creng, biarlah Yayasan itu yang mengcari pembelinya.
Nah, kalau dikampung itu sudah ada beberapa keluarga pensiunan. Umpamanya Mamah/Papah tentunya Ema dibawa.
Rulli, tentunya Amay dibawa, Bi Sewu, Bi Endan barangkali. Biarlah mereka menghabiskan waktunya dengan berkumpul serta ha...ha...ha seharian, sambil makan bubuy sampeu, atau bubur hayam,bubur kacang ijo,dan bubur-bubur lainnya. Sudah waktunya untuk berhenti ngurus anak, ngurus incu, ngurus cicit.
Untuk yang membeli lahan, anggap saja suatu investatsi jangka panjang. Kita pikirkan nanti mau di apakan.
Sataun sakalu atau dua taun sekali re-union antar keluarga. Tinggal di kemah-kemah (bawa sendiri-sendiri) for a weekend.
Pengalaman Aki selama tiga tahun dirumah sendirian most of the time. Sungguh membosankan dan dpressing. Kalau masih ada umur setidak-tidaknya dapat berjalan-jalan di galengan sawah, kasih makan ikan, makan tanaman yang fresh baru dipetik.
Bisa saja Aki invest di stock market umpamanya. Tapi kegunaan buat keluarga banyak tidak ada sama sekali. Dengan membeli lahan dan memelihara kambing saja. Setiap tahun dapat dijual untuk Qurban dihari Raya Idul Adha. Jeung embe mah gampang ngurusna, naom wae dilahap habis. Disamping kesibukan , melukis, bersajak, juga Aki sedang baca buku, bagaimana membuat keju dari susu embe. Dan sebelum pulang mudik, mau belajar first hand ke farm di MidWest.
Jadi jangan disamakan dengan agrobusiness yang besar-besar. Kalau business dan familie tidak dapat dicampur, seperti minyak sama air, yah kita harus berusaha merobah sendiri. Kalau yang tidak mau merobah, yah silahkan jalan-jalan sendiri.
Tentu akan dipikirkan, aturan mainnya nanti. Pan banyak, dulur-dulur yang ahli accounting, ahli business, pembukuan, pertanian. Ari Aki mah ahli pemalasan sajah, dengan prinsip let the money works for me, not the other way around.
Dalam hidup ini harus berani melamun dan harus optimistic. Karena apa Aki mempunyai pemikiran seperti diatas. Lain tidak karena kecelakaan lalu lintas. Jadi ditrabak truk aya untungna. Sewaktu mobil Aki naik diudara dan berputar 180 derajat kurang dari sedtik, rupanya isi batok kepala bertambah plus dikocok. Yang tadinya mengisi dengkul jeung bujur, jadi encer lari keatas mengisi batok kepala. Pantes dulu kok merasa bodoh sekali, rupanya otak bukan dipake mikir tapi didudukin, bertahun-tahun lagi.
=========================
Siapa saja dapat memberikan komentar, dengan meng-click "coment" kemudian mengisi kolom. Tentunya pertama search untuk : http://desanarawita.blogspot.com/
=====================================mgt

No comments: